Kamis, 13 November 2014

MANAJEMEN UMUM

BAB I

Manajemen dan Lingkungan Eksternal

Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh seorang manajer. Perbedan dan kondisi lingkungan terhadap konsepdan tehnik serta keputusan yang akan diambil. Untuk mencapai tujuan organisasitidak lepas dari lingkungan ekstern yang terjadi, apalagi bagi organisasi atau perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh konsumen.Oleh karena itu manajer harus memperhatikan dan mempertimbangkan unsur serta kekuatan lingkungan ekstern dalam setiap kegiatan manajemen

Faktor Lingkungan Eksternal
Lingkungan ekstern atau eksternal terdiri atas unsur-unsur yang
beradadi luar organisasi, dimana unsur-unsur ini tidak dapat dikendalikan dandiketahui terlebih dahulu oleh manajer, disamping itu juga akanmempengaruhi manajer di dalam pengambilan keputusan yang akan dibuat.Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan perekonomian, peraturan pemerintah, perilaku konsumen atau masyarakat, perkembangan teknologi, politik dan lain sebagainya.Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu lingkungan mikro danlingkungan makro. 
1.Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yangmempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen.
2.Lingkunganeksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung



BAB II
Definisi lingkungan
Lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
Definisi Lingkungan Hidup Menurut Tokoh :
§  Otto Soemarwoto: dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya.
§  Ahmad: lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.
§  St. Munajat Danusaputra : Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
§  UU Nomor 23 Tahun 1997: Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.



BAB III
Faktor lingkungan eksternal mikro dan makro
 Lingkungan Eksternal Makro Perusahaan Meliputi :

1.Teknologi
            Dalam setiap masyarakat atau industri , tingkat kemajuan memainkan peranan yang berarti .Sebagai contoh kemajuan teknologi akan menurunkan permintaan akan manajer- manajermenengah dan lini pertama, Banyak perusahaan sekarang menggunakan komputer untukmeramalkan operasi-operasi dan schedulin produksinya , dimana pada waktu yang laludilakukan oleh fungsi
 – fungsi manajemen menengah. Inovasi teknologi dapat jugamenimbulkan posisi persaingan baru dalam industri
 – industri yang berbeda. Ini semuamenuntut manajer perusahaan bersikap tanggap terhadap tantangan
 – tantangan dan mampumemanfaatkan kesempatan yang ada. Manajer perlu senantiasa menaksir arah perkembanganteknologi dan memperkirakan perngaruhnya pada organisasi atau melakukan peramalanteknologi.
2. Ekonomi
 Para manajer akan selalu terlibat dengan masalah-masalah biaya sumber daya
– sumber dayayang dibutuhkan dalam organisasi. Biaya ini berubah-berubah setiap waktu karena pengaruhfaktor
 – faktor ekonomi. Sehingga manajer senantiasa perlu menganalisa dan mendiagnosafaktor
 – faktor ekonomi, seperti kecenderungan inflasi atau deflasi harga-harga barang dan jasa, kebijaksanaan moneter, dan kebijaksanaan fisikal dll, jadi manajer perusahaan harusmencurahkan waktu dan sumber daya untuk melakukan peramalan ekonomi dan antisipasi perubahan harga.
3.Lingkungan sosial kebudayaan
            Merupakan pedoman hidup yang menentukan bagaimana hampir seluruh organisasi danmanajer harus beroperasi . Lingkungan ini mencakup kepercayaan , nilai-nilai, sikap-sikap, pandangan serta pola kehidupan yang dibentuk oleh tradisi , pendidikan, kelompok , ethnis,teknologi , demografi, geografis, serta agama dan kepercayaan dari sekelompok atau seluruhmasyarakat tertentu. Pengaruh dari pedoman hidup ini dapat sangat luas atau felatif sempit .Misal, batasan bagi pekerja wanita mungkin hanya berlaku disuatu daerah, tetapi dapat juga berlaku secara nasional
4. Dimensi Internasional
            Komponen Internasional dalam lingkungan eksternal juga menyajikan kesempatan-kesempatan dan tantangan-tantangan serta mempunyai potensi menjadi faktor yang berpengaruh langsung pada operasi perusahaan. Kekuatan-kekuatan internasional ini berpengaruh melalui perkembangan politik dunia, ketergantungan ekonom transfer teknologi.Lebih sempit lagi, kekuatan ini berwujud misalnya keterrgantungan sumberdaya impor,keadaan resesi, persaingan dengan perusahaan
 – perusahaan multinasional, tingkat pertukaranmata uang asing dsb. Maka hendaknya manajer mampu menanalisa dan mengantisipasi untukkemudian meletakkan dasar yang kuat dalam menghadapi perkembangan dunia internasional.
Lingkungan eksternal mikro perusahaan meliputi :

1. Para Pesaing

Lingkungan persaingan perusahaan tercemin dari tipe , jumlah dan norma
 –  norma perilaku organisasi pesaing. Dengan pemahaman akan lingkungan persaingan yang dihadapinya ,organisasi dapat mengetahui posisi persaingannya sehingga lebih mampu mengoptimalkan operasi
 – operasinya.
2. Langganan/Konsumen

Strategi kebijaksanaan dan taktik pemasaran perusahaan sangat tergantung situasi pasar danlangganan. Analisa langganan berguna untuk mengantisipasi perubahan perilaku pasar ataulangganan dan mengarahkan pengolakasian sumber dayanya sesuai kebutuhan dan keinginan langganan.
3. Pasar Tenaga Kerja

Organisasi memerlukan sejumlah karyawan dengan berbagai bermacam
–  macamketrampilan , kemampuan , dan pengalaman/ Kemampuan menarik dan mempertahankankaryawan yang cakap merupakan kebutuhan prasyarat bagi perusahaan yang sukses .Ada tiga faktor yang paling berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan karyawan perusahaan, yaitu reputasi perusahaan di mata angkatan kerja, tingkat pertumbuhan angkatankerja dan tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan.
4. Lembaga Keuangan

Organisasi tergantung pada bermacam-macam lembaga keuangaan untuk memperluaskegiatan-kegiatannya . Kebutuhan akan dana dari lembaga-lembaga keuangan tersebut dapat jangka pendek untuk membelanjai operasi-operasinya atau jangka panjang untuk membangunfasilitas baru dan membeli peralatan baru.
5. Para Penyedia

Setap organisasi sangat tergantung pada sumber-sumber dari sumber daya untuk memenuhikebutuhan baku (mentah) , bahan pembantu, pelayanan energi , dan peralatan yang digunakanuntuk memproduksi keluaran.
6. Perwakilan Pemerintah

Hubungan organisasi dengan perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang semakinkomples. disamping merupakan atau menjadi para penyedia dan kreditur bagi perusahaan, juga menetapkan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi organisasi , prosedur-prosedur perijinan dll.
Lingkungan ekstern mikro terdiri dari:

1. Pelanggan (customers)
            Pelanggan membeli produk barang dan jasa. perusahaan tidak dapat hidup tanpa dukungan pelanggan. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan usahanya suatu perusahaan perlu mengamati perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggan.Pengamatan reaktif dan proaktif merupakan strategi dalam mengamati kebutuhan dankeinginan pelanggan. Pengamatan reaktif adalah memusatkan perhatian pada kecendrungandan masalah pelanggan setelah kejadian, misalnya mendengarkan keluhan pelanggan.Pengamatan proaktif terhadap pelanggan adalah dengan memperkirakan kejadian,kecendrungan, dan masalah sebelum hal itu terjadi (sebelum pelanggan mengeluh).
2. Pesaing (Competitors)
            Pesaing adalah perusahaan di dalam industri yang sama dan menjual produk atau jasa kepada pelanggan. Seringkali perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan usaha tergantung padaapakah perusahaan melakukan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing lain. Karena itu, perusahaan harus melakukan analisis bersaing, yaitu menentukan siapa pesaingnya,mengantisipasi pergerakan pesaing, serta memperhitungkan kekuatan dan kelemahan pesaing.
3. Pemasok (suppliers)
            Pemasok adalah perusahaan yang menyediakan bahan baku, tenaga kerja, keuangan dansumber informasi kepada perusahaan lain. Terdapat hubungan saling ketergantungan antara pemasok dan perusahaan. Ketergantungan perusahaan pada pemasok adalah pentingnya produk pemasok bagi perusahaan dan sulitnya mencari sumber lain sebagai pengganti.Ketergantungan pemasok pada perusahaan adalah suatu tingkat dimana perusahaan pembelisebagai pelanggan bagi pemasok dan sulitnya menjual produk kepada pembeli lain.
4. Perwakilan-perwakilan Pemerintah
            Hubungan organisasi dalam perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang semakinkompleks. Peraturan-peraturan industri yang ditetapkan oleh perwakilan pemerintah ini harusditaati oleh organisasi dalam operasinya, prosedur perijinan, dan pembatasan-pembatasanlainnya untuk melindungi masyarakat.
5. Lembaga Keuangan
            Organisasi-organisasi tergantung pada bermacam-macam lembaga keuangan, seperti bank- bank komersial, bank-bank instansi, dan perusahaan - perusahaan asuransi termasuk pasarmodal. Lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan perusahaan untuk menjaga dan memperluaskegiatan-kegiatannya seperti pendanaan untuk membangun fasilitas baru dan membeli peralatan baru, serta pembelanjaan operasi-operasinya




BAB IV


Tanggung jawab social manager.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Analisis dan pengembangan

Hari ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari suatu perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible investing).

Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian bea siswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.

"dunia bisnis, selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa diatas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat manapun harus mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama….setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab tersebut [1]

Sebuah definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yaitu suatu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara khusus bergerak dibidang "pembangunan berkelanjutan" (sustainable development) yang menyatakan bahwa:

" CSR adalah merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya".[2].

Pelaporan dan pemeriksaan

Untuk menunjukkan bahwa perusahaan adalah warga dunia bisnis yang baik maka perusahaan dapat membuat pelaporan atas dilaksanakannya beberapa standar CSR termasuk dalam hal:

* Akuntabilitas atas standar AA1000 berdasarkan laporan sesuai standar John Elkington yaitu laporan yang menggunakan dasar triple bottom line (3BL)
* Global Reporting Initiative, yang mungkin merupakan acuan laporan berkelanjutan yang paling banyak digunakan sebagai standar saat ini.
* Verite, acuan pemantauan
* Laporan berdasarkan standar akuntabilitas sosial internasional SA8000
* Standar manajemen lingkungan berdasarkan ISO 14000

Di beberapa negara dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun sulit diperoleh kesepakatan atas ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam aspek sosial. Smentara aspek lingkungan--apalagi aspek ekonomi--memang jauh lebih mudah diukur. Banyak perusahaan sekarang menggunakan audit eksternal guna memastikan kebenaran laporan tahunan perseroan yang mencakup kontribusi perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan, biasanya diberi nama laporan CSR atau laporan keberlanjutan. Akan tetapi laporan tersebut sangat luas formatnya, gayanya dan metodologi evaluasi yang digunakan (walaupun dalam suatu industri yang sejenis). Banyak kritik mengatakan bahwa laporan ini h

anyalah sekedar "pemanis bibir" (suatu basa-basi), misalnya saja pada kasus laporan tahunan CSR dari perusahaan Enron dan juga perusahaan-perusahaan rokok. Namun, dengan semakin berkembangnya konsep CSR dan metode verifikasi laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi adalah peningkatan kebenaran isi laporan. Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan keberlanjutan merupakan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan di mata para pemangku kepentingannya.

Kasus bisnis dari CSR

Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut dan amat sulit untuk mengukur walaupun banyak sekali literatur yang memuat tentang cara mengukur seperti misalnya metode "Empat belas poin balanced scorecard oleh Deming. Orlizty, Schmidt, dan Rynes[3] menemukan suatu korelasi antara social / performa lingkungan hidup dan performa keuangan . Namun bisnis nampaknya tidak menguntungkan apabila diharuskan melaksanakan strategi CSR.

Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berperan, sedangkan bagi 40% citra perusahaan & brand image yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.

Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.[4]

Kasus bisnis pada CSR diantara perusahaan-perusahaan biasanya berkisar satu ataupun lebih dari argumentasi dibawah ini :

Sumber daya manusia

Program CSR dapat dilihat sebagai suatu pertolongan dalam bentuk rekrutmen tenaga kerja dan memperjakan masyarakat sekitar [5], terutama sekali dengan adanya persaingan kerja diantara para lulusan sekolah. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan pada rekrutmen tenaga kerja yang berpotesi maka dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif akan menjadi suatu nilai tambah perusahaan. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfir kerja yang nyaman diantara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam "penyisihan gaji" dan aktivitas "penggalangan dana" atapun suka relawan.

Manajemen risiko

Manajemen risiko merupakan inti dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau skandal lingkungan hidup. Kejadian ini dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya dari "mengerjakan sesuatu dengan benar" pada perusahaan dapat mengurangi risiko ini.[6].

Membedakan merek

Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para pesaingnya di benak konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan.[7].

Ijin usaha

Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi. Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.

Motif perselisihan bisnis

Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan dimana akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan. Contohnya, ada kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar